Dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Gede Widiade sebagai chief executive officer (CEO) sekaligus Kuasa Direksi, maka secara resmi Bajul Ijo kembali dikelola oleh Arek Suroboyo asli. Selama dua musim sebelumnya, tim kebanggaan Kota Surabaya ini dikelola oleh orang Jakarta.
Selama hampis dua musim orang Jakarta memimpin di Persebaya melalui PT Pengelola Persebaya, menurut Gede, Persebaya tidak mendapat keuntungan apa-apa. Padahal seharusnya, pihak pengelola mampu mentransfer tiga aspek, yakni transfer teknologi, knowledge dan finansial.
"Bukti konkrit tidak ada. Peralatan untuk tim semua masih manual. Padahal sekarang sudah jamannya sport science," ucap Gede kepada wartawan, Selasa (6/11/2012).
Aspek kedua adalah transfer knowledge. "Awalnya kita berharap ada transfer ilmu ke Persebaya. Utamanya dalam hal manajemen. Sehingga kita bisa diberi pengetahuan bagaimana cara mengelola klub secara mandiri. Tapi sampais saat ini hal itu tidak ada," lanjutnya.
Sedangkan aspek terakhir adalah masalah finansial. Keterlambatan gaji pemain serta kayawan adalah bukti bagaimana PT Pengelola selaku kepanjangan tangan dari konsorsium tak mampu mengelola Persebaya. Apalagi Persebaya bisa survive karena mendapat dana talangan dari Gede.
Hingga saat ini, dana itu belum jelas ujungnya. "Kalau mau diganti ya syukur. Kan bisa buat tambah modal Persebaya usim depan. Kalau enggak ya kita cari lagi," jelas Arek Wonokromo ini.
Ia menambahkan, apa yang disampaikan bukanlah omong kosong belaka. Sebab sebagai salah satu pemilik klub internal, yakni Rheza Mahasiswa, Gede amat merasakan bagaimana ketiadaan fungsi PT Pengelola ketika dikelola oleh orang Jakarta. "Laporan pertanggungjawabannya pun tak terbuka. Jadi kita tak tahu dana konsorsium itu dibuat apa saja," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment